20.3.11

Sejarah Jurnalisme Indonesia

Bicara jurnalisme Indonesia tidak mungkin bisa dipisahkan dengan bangsa Barat. Mengapa? Karena dikenalnya pers di bumi pertiwi memang bermula dari hadirnya kaum kolonialis.
Itu kalau bicara soal jurnalisme dalam perspektif modern. Tetapi kalau dalam pengertian tradisional yang memaknai jurnalistik sebagai semua kegiatan dalam menyampaikan informasi, maka jurnalisme tentunya sudah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan Hindu. Saat itu pemasangan pengumuman-pengumuman dari kerajaan sudah dilakukan secara tertulis dan terbuka. Tetapi kapan pastinya hal ini terjadi, sampai saat ini belum ada penelitian yang menyebutkan.
Ketika bicara sejarah jurnalisme di tanah air, kebanyakan orang selalu memandang jurnalisme dalam pemahaman modern, yakni karya pers berupa media massa. Nah, mengenai hal ini pun juga masih memunculkan perdebatan, kapan sebenarnya pers Indonesia mulai ada.
Sebagian besar pengamat berpendapat lahirnya pers Indonesia bermula dari hadirnya surat kabar Bataviasche Nouvelles, yang terbit 1744-1746, di kota Batavia, Pulau Jawa. Bataviasche Nouvelles dianggap sebagai suratkabar pertama yang terbit di Pulau Jawa zaman Hindia Belanda.
Namun banyak yang tak sependapat. Kelompok yang tak sependapat ini beralasan bahwa Bataviasche Nouvelles bukanlah pers Indonesia karena dibuat dan juga berbahasa asing, yakni Belanda. Bagi mereka, untuk lihat kelahiran pers Indonesia harus berpatokan pada media-media yang berbahasa Melayu atau pribumi. Pada 1850-an sudah ada surat kabar berbahasa Melayu terbit di Jawa, Sumatra dan pulau lain. Pemiliknya, termasuk wartawan Tionghoa Peranakan.
Beberapa orang lagi, terutama novelis Pramoedya Ananta Toer, berpendapat pers Indonesia dimulai oleh Medan Prijaji, terbitan Bandung pada Januari 1907. Ada juga yang berpendapat pers Indonesia mulai sejak Republik Indonesia ada. Artinya, pers Indonesia ini ya termasuk semua yang terbit, atau sudah terbit, pada Agustus 1945, di seluruh wilayah Indonesia. Namun wilayah Indonesia pada 1945 de factohanya Jawa dan Sumatra. Saat itu Belanda praktis menguasai pulau-pulau lain. Bahkan sesudah perjanjian Linggarjati, wilayah Indonesia malah menciut cuma Jogyakarta dan beberapa tempat lain di Pulau Jawa.
Tetapi okelah sebaiknya kita lupakan saja perdebatan itu. Melanjutkan perdebatan tidak lah ada selesainya, karena semua punya alasan masing-masing yang tidak mungkin bisa ketemu. Mungkin lebih baik kita batasi pembahasan pada persuratkabaran di tanah air saja, sehingga tidak terlalu penting apakah itu produk asing ataukah pribumi.
Menurut Dr De Haan dalam bukunya “Oud Batavia” (G. Kolf Batavia 1923), surat kabar di Batavia sudah terbit sejak abad ke-17. Katanya, pada tahun 1676 telah terbit sebuah berita berkala bernama Kort Bericht Eropa (berita singkat dari Eropa) di Batavia. Berita berkala ini memuat berbagai berita dari Polandia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Denmark. Perintis dan pencetaknya adalah Abraham Van den Eede pada tahun 1676.
Setelah itu terbit pula Bataviase Nouvelles pada Oktober 1744. Menyusul kemudian pada 23 Mei 1780 lahir Vendu Nieuws. Sedangkan Bataviasche Koloniale Courant tercatat sebagai surat kabar pertama yang terbit di Batavia tahun 1810.
Di kawasan Eropa, dunia pers memang sudah tumbuh sejak abad ke-17. Sekalipun masih sangat sederhana, baik penampilan maupun mutu pemberitaannya, surat kabar dan majalah sudah merupakan kebutuhan masyarakat dkala itu. Bahkan, para pengusaha di masa itu telah meramalkan bahwa dunia pers mendatang merupakan lahan bisnis yang menjanjikan. Oleh karena itu, tidak heran apabila para pengusaha persuratkabaran serta para kuli tinta asal Belanda sejak masa awal pemerintahan VOC, sudah berani membuka usaha dalam bidang penerbitan berkala dan surat kabar di Batavia.
Kendati demikian, tujuan mereka bukan cuma sekadar untuk memperoleh keuntungan uang. Namun, mereka telah menyadari bahwa media masa di samping sebagai alat penyampai berita kepada para pembacanya dan menambah pengetahuan, juga punya peran penting dalam menyuarakan isi hati pemerintah, kelompok tertentu, dan rakyat pada umumnya. Apalagi, orang Belanda yang selalu mengutamakan betapa pentingnya arti dokumentasi, segala hal ihwal dan kabar berita yang terjadi di negeri leluhurnya maupun di negeri jajahannya, selalu disimpan untuk berbagai keperluan.
Dengan kata lain media masa di masa itu telah dipandang sebagai alat pencatat atau pendokumentasian segala peristiwa yang terjadi di negeri kita yang amat perlu diketahui oleh pemerintah pusat di Nederland maupun di Nederlandsch Indie serta orang-orang Belanda pada umumnya. Dan apabila kita membuka kembali arsip majalah dan persuratkabaran yang terbit di Indonesia antara awal abad 20 sampai masuknya Tentara Jepang, bisa kita diketahui bahwa betapa cermatnya orang Belanda dalam pendokumentasian ini.
Dalam majalah Indie, Nedelandch Indie Oud en Nieuw, Kromo Blanda, Djawa, berbagai Verslagen (Laporan) dan masih banyak lagi, telah memuat aneka berita dari mulai politik, ekonomi, sosial, sejarah, kebudayaan, seni tradisional (musik, seni rupa, sastra, bangunan, percandian, dan lain-lain) serta seribu satu macam peristiwa penting lainnya yang terjadi di negeri kita.

Pers Kaum Pribumi
Sampai akhir abad ke-19, koran atau berkala yang terbit di Batavia hanya memakai bahasa Belanda. Dan para pembacanya tentu saja masyarakat yang mengerti bahasa tersebut. Karena surat kabar di masa itu diatur pihak Binnenland Bestuur (penguasa dalam negeri), kabar beritanya boleh dikata kurang seru dan “kering”. Yang diberitakan cuma hal-hal yang biasa dan ringan, dari aktivitas pemerintah yang monoton, kehidupan para raja, dan sultan di Jawa, sampai berita ekonomi dan kriminal.
Namun memasuki abad 20, tepatnya di tahun 1903, koran mulai menghangat. Masalahnya soal politik dan perbedaan paham antara pemerintah dan masyarakat mulai diberitakan. Parada Harahap, tokoh pers terkemuka, dalam bukunya “Kedudukan Pers Dalam Masjarakat” (1951) menulis, bahwa zaman menghangatnya koran ini, akibat dari adanya dicentralisatie wetgeving (aturan yang dipusatkan). Akibatnya beberapa kota besar di kawasan Hindia Belanda menjadi kota yang berpemerintahan otonom sehingga ada para petinggi pemerintah, yang dijamin oleh hak onschenbaarheid (tidak bisa dituntut), berani mengkritik dan mengoreksi kebijakan atasannya.
Kritik semacam itu biasanya dilontarkan pada sidang-sidang umum yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau daerah. Kritik dan koreksi ini kemudian dimuat di berbagai surat kabar dalam ruangan Verslaag (Laporan) agar diketahui masyarakat. Berita-berita Verslaag ini tentu saja menjadi “santapan empuk” bagi para wartawan. Berita itu kemudian telah mereka bumbui dan didramatisasi sedemikian rupa sehingga jadilah suatu berita sensasi yang menggegerkan. Namun, cara membumbui berita Verslaag semacam ini, lama-kelamaan menjadi hal biasa. Bahkan, cara-cara demikian akhirnya disukai oleh para pengelolanya karena bisa mendatangkan keuntungan dan berita sensasi memang disukai pembacanya.
Para petinggi pemerintah yang kena kritik juga tidak merasa jatuh martabatnya. Bahkan, ada yang mengubah sikapnya dan membuat kebijaksanaan baru yang menguntungkan penduduk. Keberanian menyatakan saran dan kritik ini akhirnya menular ke masyarakat. Tidak sedikit koran yang menyajikan ruangan surat pembaca yang menampung “curhat” tentang berbagai hal dari para pembacanya. Bahkan, setelah dibentuknya Volksraad (DPR buatan Belanda) pada tahun 1916, kritik yang menyerempet soal politik mulai marak.
Dunia pers semakin menghangat ketika terbitnya “Medan Prijaji” pada tahun 1903, sebuah surat kabar pertama yang dikelola kaum pribumi. Munculnya surat kabar ini bisa dikatakan merupakan masa permulaan bangsa kita terjun dalam dunia pers yang berbau politik. Pemerintah Belanda menyebutnya Inheemsche Pers (Pers Bumiputra). Pemimpin redaksinya yakni R. M. Tirtoadisuryo yang dijuluki Nestor Jurnalistik ini menyadari bahwa surat kabar adalah alat penting untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Dia boleh dikata merupakan bangsa kita yang memelopori kebebasan
Sikapnya ini telah memengaruhi surat kabar bangsa pribumi yang terbit sesudah itu. Hal ini terbukti dari keberanian dia menulis kalimat yang tertera di bawah judul koran tersebut, Orgaan bagi bangsa jang terperintah di Hindia Olanda tempat membuka suaranja. Kata terperintah di atas konon telah membuka mata masyarakat, bahwa bangsa pribumi adalah bangsa yang dijajah. Boleh jadi Tuan Tirto terinspirasi oleh kebebasan berbicara para pembesar pemerintah tersebut di atas. Rupanya dia berpendapat, bahwa yang bebas buka suara bukan beliau-beliau saja, namun juga rakyat jelata alias kaum pribumi.
Hadirnya Medan Prijaji telah disambut hangat oleh bangsa kita, terutama kaum pergerakan yang mendambakan kebebasan mengeluarkan pendapat. Buktinya tidak lama kemudian Tjokroaminoto dari “Sarikat Islam” telah menerbitkan harian Oetoesan Hindia. Nama Samaun (golongan kiri) muncul dengan korannya yang namanya cukup revolusioner yakni Api, Halilintar dan Nyala. Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara juga telah mengeluarkan koran dengan nama yang tidak kalah galaknya, yakni Guntur Bergerak dan Hindia Bergerak. Sementara itu di Padangsidempuan, Parada Harahap membuat harian Benih Merdeka dan Sinar Merdeka pada tahun 1918 dan 1922. Dan, Bung Karno pun tidak ketinggalan pula telah memimpin harian Suara Rakyat Indonesia dan Sinar Merdeka di tahun 1926. Tercatat pula nama harian Sinar Hindia yang kemudian diganti menjadi Sinar Indonesia.

3 comments:

  1. terima kasih atas informasinya
    sungguh bermanfaat artikel ini..thanks for share
    Desain mobil

    ReplyDelete
  2. Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga

    kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
    keep update! Warna mobil

    ReplyDelete
  3. UANG KECIL JADI UANG BESAR???MAU???
    CUMA DI SUMOQQ YANG BISA!!!
    WAKTUNYA BERGABUNG BERSAMA KAMI SUMOQQ.INFO

    SITUS KARTU TARUHAN ONLINE TERPERCAYA DENGAN RATING KEMENANGAN TERTINGGI!!
    BONUS TERBESAR!!!

    MINIMAL DEPOSIT RP.15.000,-
    MINIMAL WITHDRAW RP.15.000,-
    MODAL MINIMAL HASIL MAXIMAL

    BONUS REFERAL SEUMUR HIDUP(20%)
    SETIAP 10HARI SEKALI
    BONUS ROLLINGAN TERBESAR (0,5%)
    SETIAP 5HARI SEKALI

    TERSEDIA 8 PERMAINAN TERFAVORITE:
    - . BANDARQ
    - . ADUQ
    - . BANDARPOKER
    - . POKER
    - . DOMINO99
    - . CAPSASUSUN
    - . SAKONG
    - . BANDAR66

    TRANSAKSI MUDAH DI 5 BANK BESAR :
    - . BCA
    - . BNI
    - . BRI
    - . MANDIRI
    - . DANAMON

    DILAYANI CS PROFFESIONAL 24JAM NONSTOP!!

    CONTACT KAMI :
    BBM : D8ACD825
    WA : +855964973259
    LINE : SUMOQQ88
    WECHAT : SUMO99QQ

    ReplyDelete